Budaya Tradisional Jepang

Budaya Tradisional Jepang – Berbagai bentuk budaya tradisional masih bertahan di Jepang. Jepang adalah negara dengan sejarah yang panjang. Melebihi 400 tahun telah berlalu bahkan hanya dihitung mulai dari periode Edo, sebuah waktu di mana budaya itu berkembang. Tradisi serta adat istiadat dari budaya Edo hidup bahkan saat ini di Jepang modern.

Budaya tradisional Jepang merupakan hasil sejarah selama berabad-abad. Negara ini membentuk budayanya sendiri sambil mengadopsi budaya dari negara-negara tetangga sejak masa kuno. Seperti tampak pada karakter Kanji yang asalnya dari China dan juga agama Buddha. poker99

Budaya Tradisional Jepang

Pada periode Heian, budaya tradisional umumnya dibentuk oleh para bangsawan. Pada masa abad pertengahan ini, masyarakat yang dipimpin oleh kalangan shogun atau bakufu (orang Indonesia mengenalnya dengan sebutan para samurai), pun terbentuk. Banyak budaya tradisional Jepang yang saat ini begitu dikenal, seperti upacara minum teh atau gaya arsitektur shoin, diciptakan pada masa kejayaan samurai ini. https://www.americannamedaycalendar.com/

Setelah periode Sengoku (masa peperangan), pemerintahan yang lebih stabil pun lahir, periode ini disebut zaman Edo. Ini merupakan era damai yang berlangsung cukup lama. Era tersebut juga dikenal sebagai masa-masa Jepang terisolasi dari negara-negara lain dan pengaruh budaya asing. Pada periode ini pula, budaya untuk rakyat jelata mulai berkembang, seperti pentas teater kabuki dan bentuk seni Ukiyo.

Pada akhirnya, kejayaan Shogun Edo pun runtuh. Berikutnya adalah pemerintahan Meiji yang lebih mengadopsi sistem modern. Modernisasi masyarakat Jepang yang begitu cepat terjadi karena secara aktif menggabungkan budaya dan institusi Barat ke masyarakat Jepang, sebuah hal yang asing sebelumnya bagi Jepang. Budaya yang glamor pun berkembang. Namun kekuatan militer secara bertahap mulai muncul dan berujung pada beberapa tragedi perang termasuk Perang Dunia II.

Jepang yang kalah dalam perang, mengalami kehancuran pada masa itu. Hanya saja, Jepang mampu bangkit dan pulih dari keterpurukan dengan adanya industrialisasi yang berkembang cepat. Kemudian muncul kekuatan industri pembangkit tenaga listrik, pabrik otomotif, dan peralatan rumah tangga. Sektor industri yang kini begitu identik dengan Jepang.

Dengan hal-hal ini, perkembangan ekonomi Jepang yang begitu cepat. Pada masa-masa ini pula, budaya kuliner tercipta. Begitu pun budaya pop seperti animasi, manga, dan karaoke, pun terlahir. Semuanya menjadi begitu populer di seluruh dunia.

– Pakaian tradisional

Sebuah atribut budaya tradisional yang paling digemari di Jepang dan juga pendatang dari luar negeri adalah mengenakan pakaian tradisional. Terutama para perempuan yang menyukai desain cantik, pasti akan sangat mudah jatuh cinta kepada kimono dan yukata. Kimono adalah pakaian tradisional Jepang yang memiliki banyak lapisan. Pada zaman dulu, kimono dikenakan dalam kehidupan sehari-hari, namun saat ini lebih sering dipakai di acara-acara tertentu. Yukata adalah pakaian tradisional yang dipakai perempuan saat musim panas. Bahan dari yukata lebih menyerap keringat dan tidak banyak memiliki lapisan. Yukata mempunyai dominasi warna dan corak lebih cerah dibanding dengan yukata, dan jangan sampai Anda salah meletakkan lapisan terluarnya. Bentuk kimono paling luar seperti jubah mandi yang ditutup lalu diikat dengan obi (semacam sabuk). Bagian kiri harus berada di atas, karena posisi lapisan kanan diatas hanya diperuntukkan bagi orang yang sudah meninggal. Kimono dan yukata akan lebih lengkap jika ditambahi dengan alas kaki dari kayu yang disebut geta.

Kimono

Jepang mempunyai pakaian Tradisional yang disebut Kimono, sudah banyak orang tau bahwa kimono adalah pakaian Tradisional Jepang. Dahulu kimono digunakan untuk kegiatan sehari-hari, namun pada saat ini, komono hanya digunakan di acara-acara khusu.

Budaya Tradisional Jepang

Kimono bisa digunakan oleh pria atau wanita, kimono pria umumnya lebih sederhana baik dalam design, motif dan juga warnanya yang biasanya didominasi oleh berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua atau hitam, sedangkan Kimono untuk wanita dikenal ada beberapa jenis menunjukkan umur pemakai, status perkimpoian, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri. Disamping itu kimono wanita juga memiliki berbagai aksesoris tambahan yang cukup banyak.

Noh

Noh adalah bentuk teater topeng yang telah digelar sejak Abad Pertengahan. Sementara Kabuki mungkin lebih terkenal di luar negeri, bentuk seni Noh memiliki sejarah yang lebih panjang dan bisa dibilang sebuah tradisi yang lebih besar. Seni tersebut berkembang pada periode Heian dan menjadi populer di kalangan bangsawan. Panggung Noh memiliki latar belakang lukisan pohon pinus dan digelar dengan memakai topeng Noh. Bentuk seni itu ditetapkan sebagai aset budaya penting takbenda dari Jepang pada tahun 1957. Terdapat banyak sekolah Nogaku (Noh), seperti yang gaya Kanze dan gaya Hosho. Dikatakan bahwa ada 2000-3000 pertunjukan asli pada waktu itu yang hingga saat ini tetap ada.

Bunraku

“Bunraku”, juga disebut “Ningyo-joruri” (boneka joruri), adalah bentuk teater boneka yang mewakili Jepang. Fitur yang membedakannya dari bentuk-bentuk teater boneka lainnya adalah bahwa setiap boneka dimainkan oleh tiga orang. Ada kepala dalang yang memainkan kepala dan tangan kanan, dalang kiri untuk tangan kiri, dan dalang kaki yang memainkan kedua kaki. Sejalan dengan para dalang adalah “joruri” (bentuk musik tradisional Jepang) dan “shamisen” (alat musik Jepang yang menggunakan tiga senar) yang bersama-sama menciptakan seni perpaduan. Seorang  dramawan yang sangat disukai dari bunraku adalah “Chikamatsu Monzaemon”, karena beberapa pagelaran bunraku-nya begitu populer sehingga kemudian digelar dalam bentuk kabuki.

Shodo

Kaligrafi negara Jepang, disebut dengan shodo, adalah sebuah seni pertunjukan tradisional yang memaksakan aspek artistik karakter untuk menguasai keindahan tulisan tangan. Karakter-karakternya ditulis dengan merendam terlebih dahulu sikat yang terbuat dari bulu binatang dengan tinta cair yang disebut bokuju.

Budaya Tradisional Jepang

Semuanya ditulis dengan perhatian besar pada setiap detail kecil dari masing-masing karakter, termasuk urutan stroke, bentuk dan ketebalan setiap baris, dengan konsentrasi penuh mengekspresikan emosi dan kepribadian secara bersamaan. Dinamis, namun halus, sehingga karakter yang diwakili menjadi sebuah karya seni.

Sado

Sado adalah sebuah ritual persiapan dan penyajian teh. Bermula dari waktu dimana budaya minum teh pertama kali dibawa dari China, kemudian budaya ini berkembang dengan unik kedalam bentuknya sekarang di Jepang. Ritual tersebut berkembang pada periode “Sengoku” (Negara yang Berperang) sebagai hobi populer di kalangan “bushi’ (master seni bela diri). Pada “chakai” (pertemuan minum teh) di mana saat orang minum teh, banyak upaya dimasukkan dalam pemilihan dan pengaturan mangkuk teh, manisan, rangkaian bunga, dan gantungan scrolls (gulungan tulisan) didalam ruangan untuk menikmati musim ini.

Kodo (Upacara Dupa Tradisional)

Ini merupakan sebuah seni pertunjukan tradisional untuk mengapresiasi harumnya dupa yang sedang terbakar. Kodo dikatakan telah dimulai sejak 500 tahun yang lalu, namun cara menikmati harumnya kayu wangi yang terbakar katanya telah dimulai sejauh 1500 tahun yang lalu.

Kado (Seni merangkai bunga di Jepang) Seni dalam memotong dan merangkai bunga musiman, dedaunan dan cabang-cabangnya untuk mengagumi keindahannya. Berbeda dengan merangkai bunga yang menghasilkan sebuah karya yang padat dan dipenuhi bunga, dalam “kado” lebih disukai untuk membuat beberapa ruang dan mengekspresikan musim dengan sedikit bunga.

Dylan Bishop

Back to top